Sungai minak menjerit




Sungai Minak Menjerit: Dari Jernih Menjadi Keruh, Ulah Dompeng Emas Ilegal

Sungai Minak dulu dikenal sebagai urat nadi kehidupan. Alirannya jernih, bening, dan sejuk—tempat anak-anak berenang dan warga mencuci sambil bercanda di tepian. Tapi kini, alirannya berubah keruh. Bukan karena musim hujan, tapi karena kerakusan manusia.

Aktivitas dompeng tambang emas ilegal menjamur di sepanjang bantaran sungai. Mesin-mesin berbunyi nyaring siang malam, menggali isi perut bumi tanpa ampun. Lumpur dan limbah dialirkan langsung ke sungai. Air yang dulu jadi sumber kehidupan kini berubah jadi aliran lumpur yang membawa kehancuran.

Ikan menghilang. Udara sekitar berbau lumpur.anak anak tak lagi betah bermain di sungai. Warga terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Sungai Minak bukan lagi tempat yang menenangkan, tapi pengingat pahit akan ketidakpedulian kita.

Dompeng-dompeng itu terus bekerja. Mereka merusak alam tanpa rasa bersalah. Ironisnya, mereka tak sendiri. Di belakang layar, ada jaringan kuat yang membuat mereka tak tersentuh. Penegakan hukum setengah hati, dan suara warga kerap dianggap angin lalu.

Sungai Minak sedang sekarat. Dan jika kita diam, maka kita ikut membunuhnya. Ini bukan sekadar soal emas, ini tentang warisan. Tentang masa depan anak-anak kita yang akan tumbuh tanpa tahu rasanya bermain di air sungai yang jernih.

Kita tidak bisa lagi pura-pura tidak tahu. Sungai Minak butuh pembela. Butuh kita. Sebelum semuanya benar-benar tenggelam dalam lumpur keserakahan. 


(Dok.minak.)

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama